ENZIM PENCERNAAN PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)
Pencernaan
merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih kecil.
Proses pemecahan senyawa tersebut menghasilkan energi yang penting bagi
kebutuhan sel, jaringan, organ dan makhluk hidup. Pencernaan merupakan proses
kimia. Proses kimia membutuhkan adanya enzim untuk perubahan kimia bahan
dasarnya. Enzim berperan dalam meningkatkan kecepatan reaksi tanpa mempengaruhi
hasil reaksi dan tidak ikut bereaksi. Dalam proses pencernaan, enzim dihasilkan
oleh berbagai organ, seperti usus halus, kelenjar ludah dan lambung. Enzim
bersifat spesifik dalam proses pemecahan bahan kompleks(karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral) (Guyton,1992).
Praktikum
sistem pencernaan dilakukan dengan mengadakan uji terhadap keberadaan enzim di
usus ikan dan menguji fungsi empedu dalam proses pencernaan. Pengujian
dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan mendeteksi hasil dari kerja
enzim. Pengujian dilakukan terhadap enzim amilase,
enzim maltase, enzim tripsin dan pengaruh empedu terhadap
lemak. Enzim diekstrak dari ikan mas (Cyprinus
carpio).
Ikan
Mas merupakan salah jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih ke samping dan lunak. Sampai
saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan
karakteristik morfologisnya. Mulut terletak
di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua
pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil
saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas ini berukuran relatif besar dan digolongkan
dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau
kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya (Rochdianto, 2005). Ikan mas mudah diperoleh dan mudah
dikembangbiakkan. Hal ini dikarenakan ikan mas mudah beradaptasi terhadap
lingkungan dan makanan yang diperoleh.
Enzim
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis
bereaksi) dalam suatu reaksi
kimia. Enzim bekerja
dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat
proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi
pengaktifan yang dengan
sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja
secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu
macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim
yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat
digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa. Enzim dipelajari dalam enzimologi (Campbell,1995).
Enzim
membantu proses metabolisme di dalam tubuh. Enzim banyak terdapat pada makanan
segar karena enzim sangat sensitive terhadap panas dan akan rusak dalam proses
pemasakan dan pasteurisasi. Enzim berperan penting bagi kehidupan dengan cara
menjalankan seluruh metabolisme tubuh. Kita tidak dapat mencerna atau menyerap
makanan dan kita pun bisa mati jika tidak ada enzim dalam tubuh. Enzim adalah
biokatalisator spesifik yang bergabung dengan koenzim (vitamin dan mineral)
yang menjalankan roda kehidupan melalui metabolisme agar tubuh dapat berfungsi
dengan baik. Pada umumnya kita sudah mengetahui kegunaan vitamin dan mineral
bagi tubuh, akan tetapi kemungkinan besar Anda tidak menyadari bahwa vitamin
tidak akan diaktifkan dalam tubuh sampai bergabung dengan enzim
(Campbell,1995).
Komposisi empedu
·
97 % air
·
pigmen empedu :
-
biliverdin → berwarna hijau
-
bilirubin → berwarna kuning →
mewarnai urine dan feses. Pada kasus kerusakan fungsi hati dimana bilirubin
akan masuk dalam pembuluh darah sehingga seluruh jaringan di tubuh berwarna
kuning (jaundice).
·
garam-garam
empedu : terbentuk dari asam empedu yang berikatan dengan kolesterol dan asam
amino. Setelah disekresi ke dalam usus, garam tersebut direabsorbsi dari illeum
bagian bawah kembali ke hati dan di daur ulang kembali. Peristiwa ini
dikenal sebagai sirkulasi enterohepatika
garam empedu. (Ethel Sloane, 2003)
Fungsi garam empedu dalam usus halus
·
emulsifikasi
dan saponifikasi lemak : garam empedu mengemulsi globulus lemak besar dalam
usus halus yang kemudian menghasilkan globulus lemak lebih kecil dan area
permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim.
·
absorbsi lemak : garam empedu membantu
absorbsi zat terlarut lemak dengan cara memfasilitasi jalurnya menembus membran
sel.
·
pengeluaran
kolestrol dari tubuh : garam empedu berikatan dengan kolestron dan lesitin
untuk membentuk agregasi kecil disebut micelle yang akan dibuang melalui feces(Ethel
Sloane, 2003)
·
merangsang
peristaltis usus sehingga empedu bekerja sebagai laksatif alamiah(Roger
Watson, 2002).
·
empedu
adalah saluran untuk ekskresi pigmen dan substansi toksik dari aliran darah,
seperti alkohol dan bahan kimia lainnya(Roger Watson, 2002).
·
empedu
juga berfungsi sebagai deodoran untuk feses, mengurangi bau yang menyengat. Hal
ini semata-mata dihubungkan dengan kenyataan bahwa kekurangan garam-garam
empedu berarti pencernaan lemak buruk, sehingga lemak di dalam usus tetap
berlebihan, melapisi makanan lain dan mencegah pencernaan dan absorbsi.
Akibatnya, protein dan lemak yang tidak tercerna diserang oleh bakteri pembusuk
dan mengalami dekomposisi yang menghasilkan kelebihan hidrogen yang
disulfurasi, yaitu gas yang menyebabkan bau feses abnormal, drainase yang
menyengat, dan berbau seperti telur busuk (Roger Watson, 2002).
Kendali
pada sekresi dan aliran empedu
Sekresi
empedu diatur oleh faktor syaraf (impuls parasimpatis) dan hormon (sekretin dan
CCK) yang sama dengan yang mengatur sekresi cairan pankreas. Saat asam lemak
dan asam amino mencapai usus halus, CCK dilepas untuk mengkontraksi otot
kandung empedu dan merelaksasi sfingter Oddi. Cairan empedu kemudian didorong
ke dalam duodenum (Roger Watson, 2002).
Kandung
empedu
Kandung
empedu adalah kantong muskular hijau menyerupai pir dengan panjang 10 cm. Organ
ini terletak di lekukan di bawah lobus kanan hati. Kapasitas total kandung
empedu kurang lebih 30 ml sampai 60 ml. Fungsinya :
· menyimpan cairan empedu yang secara terus menerus
disekresi oleh sel-sel hati, sampai diperlukan dalam duodenum. Di antara waktu
makan, sfingter Oddi menutup dan cairan empedu mengalir ke dalam kandung empedu
yang relaks. Pelepasan cairan ini dirangsang oleh CCK
· mengkonsentrasikan
cairannya dengan cara mereabsorbsi air dan elektrolit. Dengan demikian
kandung ini mampu menampung hasil 12 jam sekresi empedu hati(Roger Watson,
2002).
Tinjauan Bahan
·
Larutan Benedict
Larutan
Benedict adalah larutan yang mengandung ion-ion tembaga(II) yang dikompleks
dalam sebuah larutan basa. Larutan Benedict mengandung ion-ion tembaga(II) yang
membentuk kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan natrium karbonat.
Pengompleksan ion-ion tembaga(II) dapat mencegah terbentuknya sebuah endapan -
kali ini endapan tembaga(II) karbonat. Benedict merupakan reagen yang dapat membuktikan adanya zat yang mengandung
glukosa dan turunannya, hasil yang positif memberikan endapan berwarna merah
bata karena terbentuknya ikatan antara atom Cu atau tembaga yang berikatan
dengan gugus aldehid dari glukosa yang bersifat aktif. Pada keadaan ini atom
tembaga yang berada pada bentuk ioniknya dengan bilangan oksidasi 2 akan
membentuk ikatan ionik dengan oksigen pada sisi aldehid atau keton membentuk
endapan Tembaga(II) Oksida.(Sloane,2003).
·
Toluen
Toluen memiliki rumus struktur C7H8. Massa
relative (Mr) 92,14 g/mol. Densitas toluen 0,8714 g/cm³. Sifat reaksi toluene
pada kondisi 15 °C, 0,8669 g/cm³ (20 °C). mudah terbakar (http://Toluen -
Wikipedia.mht). Toluen berfungsi sebagai pelarut materi organik sekaligus sebagai pengawet
tanpa merubah struktur/ konformasi senyawa organik yang diawetkannya. Biasa
digunakan dalam mikroteknik untuk membuat preparat apusan dari suatu untuk
tujuan tertentu, membantu melekatkan pada kaca objek. Toluen ini bersifat
nonpolar, sehingga tidak bisa bercampur dengan pelarut polar seperti air (Hart,
1998).
·
Amilum
Amilum digunakan sebagai sumber zat pati
yang dapat dicerna oleh enzim amilase(Van de Graf,1994).
·
Biuret
Biuret merupakan reagen yang bersifat
basa, sehingga gugus amin dari asam amino bertindak sebagai asam Dengan
membentuk NH4+. Reaksi menghasilkan senyawa basa NH4OH
yang menyebabkan larutan berwarna ungu.(Poedjiadi,1994).
·
Minyak goreng
Minyak goreng termasuk dalam lemak netral. Lemak netral adalah persenyawaan asam
lemak dengan gliserol. Tiga molekul asam lemak (rantai panjang atom karbon dan
hidrogen dengan satu gugugs karboksil di salah satu ujungnya) berikatan kovaln
dengan satu molekul gliserol (satu molekul terdiri dari tiga karbon dengan tiga
sisi gugus hidroksil) melalui proses sintesis dehidrasi. Minyak cenderung cair
pada suhu kamar (Etjhel Sloane, 2004).
·
Gliserin
Gliserin adalah cairan bening, banyak
dipakai untuk membuat sediaan obat. Persenyawaan gliserin dengan asam lemak
membentuk lemak (Kamus Biologi Tarsito, 1999).
·
Telur
Telur ayam mempunyai struktur yang sangat
khusus yang mengandung zat gizi yang cukup untuk mengembangkan sel yang telah dibuahi
menjadi seekor anak ayam. Ketiga komponen pokok telur adalah kulit
telur, putih telur a albumin dan kuning telur. Albumin mengandung protein,
glukosa, lemak, garam dan air.
Alat
dan Bahan
a. Alat
• Tabung reaksi
10 buah
• Botol warna gelap dan tutup 1
buah
• Mortar dan alu 1 set
• Gelas piala 1
buah
• Pembakar spirtus 1 buah
• Penjepit kayu 1 buah
• Pipet tetes 1
buah
• Rak tabung reaksi 1 buah
• Gelas ukur 10 ml 2 buah
• Corong kaca 1 buah
• Kertas saring secukupnya
• Papan seksi 1
buah
• Dissecting set 1 set
b. Bahan
• Ikan mas dengan berat 300-350 g 1 ekor
• Akuades secukupnya
• Toluen 4-5 tetes
• Larutan kanji matang encer
• Maltosa
• Albumin/putih telur
• Minyak goreng secukupnya
• Giserin 50% 20 ml
• Reagen biuret
• Reagen benedict
• Korek api
Cara
kerja
a.
Membuat ekstrak usus
·
Bedahlah
ikan mas pada bagian perutnya
·
Pisahkan
usus dari organ lainnya secara hati-hati. Ambil usus halus dengan cara
memotongnya dari bagian akhir lambung hingga awal usus besar.
·
Ambil
kantung empedunya dengan hati-hati dan jangan sampai pecah.
·
Bukalah
usus halus dengan cara menyayatnya secara longitudinal.
·
Bersihkan
usus tersebut dengan akuades, kemudian masukkan ke dalam mortir.
·
Ambil 20
ml gliserin 50% dan masukkan ke dalam mortir, haluskan ususnya. Ambil 4-5 tetes
toluen, haluskan kembali. Setelah halus, masukkan usus tersebut ke dalam botol,
kemudian tutup rapat-rapat. Bungkus botol dengan kertas karbon.
·
Simpan
ekstrak usus tersebut dalam ruang gelap selama 6-7 hari.
·
Setelah
6-7 hari, saringlah ekstrak usus tersebut dengan kertas saring.
·
Lakukan
tes terhadap larutan hasil saringan tersebut yaitu tes pembuktian adanya
amilase, maltase dan tripsin.
a. Tes
pengaruh empedu terhadap lemak
·
Sediakan
dua tabung reaksi. Beri label kedua tabung A dan B. Tuangkan isi kantung empedu
ke dalam tabung A dengan menggunting sedikit permukaannya.
·
Encerkan
empedu tersebut dengan akuades sehingga volumenya menjadi 2 ml.
·
Masukkan
2 ml akuades ke dalam tabung B, sebagai kontrol.
·
Tambahkan
ke dalam kedua tabung tersebut masing-masing 2 ml minyak goreng. Kocok keduanya
kuat-kuat dan biarkan selama 5-10 menit. Amati apa yang terjadi pada kedua
larutan dalam tabung tersebut. Bandingkan besarnya gumpalan lemak dalam
masing-masing tabung.
c.
Tes pembuktian adanya amilase
·
Sediakan
dua tabung reaksi dan beri label A dan B. Tuangkan reagen benedict ke dalam
tabung tersebut masing-masing 2 ml.
·
Siapkan
dua tabung lain dan beri label C dab D.
·
Masukkan
larutan kanji matang encer masing-masing 2 ml ke dalam tabung C dan D. Untuk
tabung C tambahkan 1 ml ekstrak usus sedangkan tabung D tambahkan 1 ml akuades.
Goyang kedua tabung tersebut selama 5-10 menit.
·
Teteskan sebanyak 5 tetes larutan dalam tabung
C ke tabung A, dan larutan dalam tabung D ke tabung B.
·
Panaskan
tabung A dan B selama 5 menit dan amati perubahan warna yang terjadi pada
larutan tabung A dan B.
d.
Tes pembuktian adanya maltase
Langkah pembuktian adanya maltase seperti langkah
pengujian adanya amilase. Hanya saja larutan kanji encer diganti dengan
maltosa.
e. Tes pembuktian adanya tripsin
·
Siapkan
dua tabung reaksi dan berilah label A dan B. Masukkan ke dalam tabung
masing-masing 1 ml putih telur yang sudah diencerkan. Panaskan kedua tabung
tersebut hingga mendidih.
·
Dinginkan
kedua tabung tersebut, setelah dingin masukkan 1 ml ekstrak usus ke dalam
tabung A dan 1 ml akuades untuk tabung B. Diamkan 510 menit.
·
Teteskan
masing masing 5 tetes reagen biuret ke dalam tabung A dan B. Amati perubahan
warna yang terjadi pada masing-masing tabung.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pengamatan
Dari
hasil pengamatan, maka dapat diperoleh data sebagai berikut :
A. Tabel Hasil Percobaan Tes pengaruh Empedu terhadap Lemak
Perlakuan
|
Keadaan
|
|
Warna
sebelum
|
Warna
sesudah dikocok selama 10 menit
|
|
Tabung
A :
2 ml Cairan empedu
+ 2 ml minyak goreng
|
Terdapat
dua lapisan. Lapisan atas merupakan minyak yang berwarna kuning keemasan dan
lapisan bawah merupakan cairan empedu yang berwarna hijau tua.
|
Ukurannya
Lebih kecil.
Terdapat
empat lapisan:
1. Lapisan
atas (pertama): terdapat buih/busa dengan warna bagian bawah buih kuning
keruh
2. Lapisan
kedua: lapisan lemak berwarna oranye
3. Lapisan
ketiga: berwarna hijau muda
4. Lapisan
bawah (keempat): berwarna hijau tua ada endapan
|
Tabung
B :
2 ml Aquades
+ 2 ml minyak goreng
|
Terdapat
dua lapisan
Lapisan
atas merupakan minyak yang berwarna kuning keemasan dan lapisan bawah
merupakan aquades yang berwarna bening
|
Ukurannya
Lebih besar
Terdapat
dua lapisan:
Lapisan
atas: berwarna oranye
Lapisan
bawah: berwarna putih keruh
|
B. Tabel Hasil Percobaan Tes Pembuktian Adanya Amilase
Larutan
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
Tabung A
|
1.
Diberi
benedict 2 ml
2. Diberi 5 tetes tabung C (berisi 1 ml ekstrak usus + 2 ml
kanji matang encer dan goyang selama 5 menit)
3. Dipanaskan
selama 5 menit
|
Berwarna Biru
|
·
Berwarna
Biru kehijauan
·
Ada
endapan merah bata sedikit pada permukaan atas dan bawah
|
Tabung B
|
1.
Diberi
reagen benedict 2 ml
2.
Diberi
5 tetes tabung D (berisi 1 ml akuades +
2 ml kanji matang encer dan goyang selama 5 menit)
3.
Dipanaskan selama 5
Menit
|
Berwarna Biru
|
·
Berwarna
Biru
·
Tidak
ada endapan
|
- Tabel Hasil Percobaan Tes Pembuktian Adanya Maltase
Larutan
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
Tabung A
|
1.
Diberi
benedict 2 ml
2. Diberi 5 tetes tabung C (berisi 1 ml ekstrak usus + 2 ml
maltosa dan goyang selama 5 menit)
3. Dipanaskan
selama 5 menit
|
Berwarna Biru
|
·
Berwarna
Merah bata (+++)
·
Ada
endapan merah bata pada permukaan atas dan bawah
|
Tabung B
|
1.
Diberi
reagen benedict 2 ml
2.
Diberi
5 tetes tabung D (berisi 1 ml akuades +
2 ml maltosa dan goyang selama 5 menit)
3. Dipanaskan
selama 5 Menit
|
Berwarna Biru
|
·
Berwarna
Merah Bata (++)
·
Tidak
ada endapan
|
D.
Tabel Hasil Percobaan Tes Pembuktian
Adanya Tripsin
Larutan
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
Tabung A
|
1.
Diberi
putih telur (1 ml) dipanaskan sampai mendidih
2.
Didinginkan,
ditambah 1 ml ekstrak usus, didiamkan 5-10 menit
3. Ditambah 1 ml NaOH (pekat) + 2 tetes CuSO4
sampai terjadi perubahan warna
|
Berwarna putih
|
·
Berwarna
ungu (+++)
·
Ada
endapan pada dasar tabung
|
Tabung B
|
1.
Diberi
putih telur (1 ml) dipanaskan sampai mendidih
2.
Didinginkan,
ditambah 1 ml akuades, didiamkan 5-10 menit
3. Ditambah 1 ml NaOH (pekat) + 2 tetes CuSO4
sampai terjadi perubahan warna
|
Berwarna putih
|
·
Berwarna
ungu (++)
·
ada
endapan pada dasar tabung
|
Analisis Data
1. Tes Pegaruh Empedu Terhadap Lemak
Analisis
data tabel A (Tes pegaruh empedu terhadap lemak) yaitu, dapat dilihat bahwa
pada perlakuan tabung A yang berisi cairan empedu yang sudah diencerkan dengan
akuades sampai volumenya menjadi 2 ml, yang ditambahkan minyak goreng 2 ml
sebelum dilakukan pengocokan, terdapat dua lapisan yaitu lapisan atas berwarna
kuning keemasan yang merupakan minyak dan lapisan bawah berwarna hijau tua yang
merupakan cairan empedu. Kemudian setelah dilakukan pencampuran dengan cara
mengocok selama 5-10 menit, didapatkan hasil terdapat gumpalan lemak yang
ukurannya lebih kecil daripada tabung B dan terdapat empat lapisan ; lapisan
atas (pertama) terdapat buih/busa dengan warna bagian bawah buih kuning keruh,
lapisan kedua: lapisan lemak berwarna oranye, lapisan ketiga: berwarna hijau
muda, lapisan bawah (keempat): berwarna hijau tua dan terdapat endapan.
Tabung
B yang berisi 2 ml akuades dan 2 ml minyak goreng sebelum dilakukan pengocokan
terdapat dua lapisan yang tampak terpisah; lapisan atas berwarna kuning keemasan
yang merupakan minyak dan lapisan bawah berwarna jernih yang merupakan aquades.
Kemudian setelah dilakukan pencampuran (pengocokan) selama 5-10 menit,
didapatkan ukuran lebih besar dan terdapat dua lapisan ; lapisan atas berwarna
oranye dan terdapat gumpalan minyak besar-besar serta lapisan bawah yang
berwarna putih keruh.
2. Tes
pembuktian adanya amilase, maltase dan tripsin:
Analisis
data tabel B (Uji Amilase) yaitu, dapat dilihat bahwa pada perlakuan Tabung A
yaitu diberi 2 ml benedict ditambah 5
tetes tabung C (berisi 1 ml ekstrak usus dan 2 ml kanji matang encer serta
digoyang selama 5 menit), sebelum dipanaskan berwarna biru. Setelah tabung A
yang berisi 2 ml benedict dan 5 tetes tabung C (berisi 1 ml ekstrak usus dan 2
ml kanji matang encer serta digoyang selama 5 menit), setelah dipanaskan 5
menit berwarna biru kehijauan dan ada endapan Cu2O merah bata sedikit pada permukaan atas dan bawah.
Tabung
B yaitu diberi 2 ml benedict ditambah 5
tetes tabung D (berisi 1 ml akuades dan 2 ml kanji matang encer serta digoyang
selama 5 menit), sebelum dipanaskan berwarna biru. Setelah tabung B yang berisi
2 ml benedict dan 5 tetes tabung D (berisi 1 ml akuades dan 2 ml kanji matang
encer serta digoyang selama 5 menit), setelah dipanaskan 5 menit berwarna biru
dan tidak ada endapan.
Analisis
data tabel C (Uji Maltase) yaitu, dapat dilihat bahwa pada perlakuan Tabung A
yaitu diberi 2 ml benedict ditambah 5
tetes tabung C (berisi 1 ml ekstrak usus dan 2 ml maltosa serta digoyang selama
5 menit), sebelum dipanaskan berwarna biru. Setelah tabung A yang berisi 2 ml
benedict dan 5 tetes tabung C (berisi 1 ml ekstrak usus dan 2 ml maltosa serta
digoyang selama 5 menit), setelah dipanaskan 5 menit berwarna merah bata (+++)
dan ada endapan Cu2O merah bata pada permukaan atas dan
bawah.
Tabung
B yaitu diberi 2 ml benedict ditambah 5
tetes tabung D (berisi 1 ml akuades dan 2 ml maltosa serta digoyang selama 5
menit), sebelum dipanaskan berwarna biru. Setelah tabung B yang berisi 2 ml
benedict dan 5 tetes tabung D (berisi 1 ml akuades dan 2 ml maltosa serta
digoyang selama 5 menit), setelah dipanaskan 5 menit berwarna merah bata (++)
dan tidak ada endapan.
Analisis
data tabel D (Uji Tripsin) yaitu, dapat dilihat bahwa pada perlakuan Tabung A yaitu
diberi 1 ml putih telur yang sudah
diencerkan, dipanaskan sampai mendidih dan didinginkan, maka akan berwarna putih. Setelah 1 ml putih
telur ditambah 1 ml ekstrak usus sambil didiamkan 5-10 menit dan ditambah 1 ml NaOH
serta beberapa tetes CuSO4 sampai terjadi perubahan warna. Maka pada
tetesan ke-2 berwarna ungu (+++) dan ada endapan pada dasar tabung.
Tabung
B yaitu diberi 1 ml putih telur yang sudah
diencerkan, dipanaskan sampai mendidih dan didinginkan, maka akan berwarna
putih. Setelah 1 ml putih telur ditambah 1 ml akuades sambil didiamkan 5-10
menit dan ditambah 1 ml NaOH serta beberapa tetes CuSO4 sampai
terjadi perubahan warna. Maka pada tetesan ke-2 berwarna ungu (++) dan ada
endapan pada dasar tabung.
Pembahasan
1. Tes Pegaruh Empedu Terhadap Lemak
Berdasarkan
analisis diatas yaitu tabel A (Tes pegaruh empedu terhadap lemak), Pada tabung A yaitu yang berisi cairan
empedu yang sudah diencerkan dengan akuades sampai volumenya menjadi 2 ml,
ditambahkan minyak goreng 2 ml. Sebelum dilakukan pengocokan, terdapat dua
lapisan karena belum terjadi pencampuran, sehingga pada lapisan atas berwarna
kuning keemasan yang merupakan minyak dan lapisan bawah berwarna hijau tua yang
merupakan cairan empedu, keadaan
ini dikarenakan berat jenis minyak lebih ringan daripada air sehingga minyak
cenderung berada di atas dan zat-zat lain yang mengandung air berada di bagian
bawah. Selain itu, minyak bersifat nonpolar, sedangkan air bersifat polar.
Setelah dikocok, pada tabung A terlihat emulsi berwarna
hijau muda keruh yang terbentuk karena pencampuran cairan empedu dengan minyak
goreng
Setelah itu tabung A didiamkan selama 5-10 menit, didapatkan hasil yaitu ukuran
gumpalan lemak lebih kecil dari tabung B(kontrol) dan terdapat empat lapisan;
lapisan atas (pertama) terdapat buih/busa dengan warna bagian bawah buih kuning
keruh, lapisan kedua: lapisan lemak (berwarna oranye), lapisan ketiga: berwarna
hijau muda, lapisan bawah (keempat): berwarna hijau tua dan ada endapan.
Pada lapisan
pertama(atas) terbentuk buih/busa karena dalam melakukan
pengocokan terlalu lama dan terlalu keras. Sedangkan pada lapisan kedua adalah
lapisan lemak berwarna oranye yang berbentuk gelembung-gelembung proses ini
merupakan reaksi yang kurang sempurna dari getah empedu dalam mengemulsikan lemak dalam minyak.
Untuk dapat larut dalam air, minyak harus dibungkus oleh emulator membentuk
kilomikron yang ukurannya kecil, sehingga memudahkan kerja enzim lipase untuk
mengubah minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Pada lapisan ketiga adalah cairan
empedu yang berwarna hijau muda yang telah mengikat lemak dan lapisan ke
empat(bawah/dasar) berwarna hijau tua, ini merupakan sisa empedu yang tidak
ikut mengikat lemak, terdapat pula endapan yang mungkin dikarenakan kurang
bersihnya alat-alat yang digunakan sehingga masih ada sisa-sisa zat dari
praktikum sebelumnya yang akhirnya mempengaruhi hasil percobaan.
Sedangkan pada tabung B yang berisi 2 ml akuades dan
2 ml minyak goreng dimana sebelum dilakukan pengocokan terdapat dua lapisan
yang tampak terpisah karena belum terjadi pencampuran; lapisan atas berwarna
kuning keemasan yang merupakan minyak dan lapisan bawah berwarna jernih yang
merupakan aquades. Kemudian setelah dilakukan pencampuran (pengocokan) setelah
itu didiamkan selama 5-10 menit, didapatkan ukuran gumpalan lemak lebih besar
dan terdapat dua lapisan; lapisan atas
berwarna oranye (kuning keruh) dan terdapat gumpalan minyak besar-besar serta
lapisan bawah yang berwarna putih keruh. Minyak goreng tidak larut dalam air
karena tidak dibungkus oleh emulator yang membentuk kilomikron yang dapat
melarutkan lemak dalam air.
2. Tes
Pembuktian Adanya Amilase, Maltase dan Tripsin
Pembuktian
adanya amilase, maltase, dan tripsin dilakukan dengan menggunakan reagen
benedict dan biuret. Namun, dalam hal ini perlakuan yang dibedakan adalah
campuran akuades dan ekstrak usus.
Pada analisis tabel B (Tes
pembuktian adanya amilase) pada perlakuan larutan tepung kanji matang encer (amilum) yang
dicampur dengan akuades dan ditambahkan reagen benedict keadaan sebelum dan
sesudah pencampuran adalah tetap yaitu berwarna biru dan tidak ada endapan. Hal
ini dikarenakan tepung kanji matang encer (amilum) yang merupakan gula
polisakarida tidak dapat dipecah menjadi gula yang lebih kecil yaitu gula
disakarida oleh enzim amilase (di dalam akuades tidak terdapat enzim yang
memecahnya) yang berarti tidak terjadi reaksi kimia sehingga tidak ada perubahan
warna.
Larutan tepung kanji matang encer (Amilum)
terbentuk dari glukosa dengan jalan penggabungan molekul-molekul glukosa yang
membentuk rantai lurus maupun bercabang dengan melepaskan molekul air. Tepung
kanji matang encer (Amilum) dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam
sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan
enzim amilase. Dalam ludah dan cairan yang dikeluarkan oleh pankreas (usus)
terdapat amilase yang bekerja terhadap tepung kanji matang encer (amilum) yang
terdapat dalam makanan. Oleh enzim amilase, tepung kanji matang encer (amilum)
diubah menjadi maltosa dalam bentuk β maltosa. Pada perlakuan larutan tepung kanji matang
encer (amilum) yang dicampur dengan ekstrak usus dan ditambahkan reagen
benedict terjadi perubahan yaitu sebelumnya berwarna biru dan sesudah
pencampuran menjadi biru kehijauan dan terdapat sedikit endapan Cu2O berwarna merah bata pada permukaan atas dan bawah.
Perubahan yang terjadi karena dalam usus ikan mas terdapat enzim amilase yang
mengubah tepung kanji matang encer (amilum), (gula polisakarida) menjadi gula
disakarida berarti terjadi reaksi kimia sehingga menimbulkan perubahan warna
dan terdapat endapan merah bata.
(C6H12O6)n
+ n H2O
n C6H10O6
Pada
analisis tabel C (Tes pembuktian adanya maltose) Maltosa adalah disakarida yang terbentuk dari dua
molekul glukosa. Ikatan yang terjadi ialah antara atom karbon nomor 1 dan atom
karbon nomor 4, oleh karenanya maltosa masih mempunyai gugus –OH glikosidik dan
dengan demikian masih mempunyai sifat mereduksi. Maltosa merupakan hasil antara
dalam proses hidrolisis amilum (tepung kanji matang encer) dengan asam maupun
dengan enzim. Telah diketahui bahwa hidrolisis amilum (tepung kanji matang
encer) akan memberikan hasil akhir glukosa + glukosa. Dalam tubuh, amilum mengalami hidrolisis menjadi maltosa oleh enzim
amilase. Maltosa ini kemudian diuraikan oleh enzim maltase menjadi glukosa yang
digunakan oleh tubuh.
Pada
perlakuan larutan maltosa yang dicampur dengan akuades dan reagen benedict
tidak terjadi perubahan warna yang signifikan yaitu dari sebelum perlakuan
berwarna biru dan setelah dipanaskan 5 menit menjadi berwarna merah bata (++) dan tidak ada endapan. Reagen benedict yang digunakan adalah reagen untuk
pembuktian adanya kandungan glukosa dalam makanan. Pada larutan maltosa yang
dicampur dengan akuades dan ditambahkan dengan reagen benedict tidak terjadi
perubahan warna berarti larutan maltosa tidak mengandung karbohidrat karena
pada larutan tersebut tidak ada enzim maltase yang dapat merubah maltase
menjadi glukosa. Pada perlakuan kedua yaitu larutan maltosa yang dicampur
dengan ekstrak usus kemudian ditambahkan dengan reagen benedict dari sebelum
perlakuan berwarna biru dan setelah dipanaskan 5 menit menjadi berwarna merah
bata (+++), ada terdapat endapan Cu2O
berwarna merah bata
pada permukaan atas dan bawah. Perubahan ini terjadi karena pada usus ikan
mengandung enzim maltase yang mengubah maltosa (gula disakarida) menjadi gula
monosakarida (glukosa). Ikatan – iakatan pada maltosa dipecah oleh enzim yang
terdapat pada usus ikan mas yang berarti terjadi reaksi kimia sehingga akan
terjadi perubahan warna.
Tes
pembuktian adanya tripsin. Tripsin
adalah suatu enzim pemecah protein atau proteosa, yang dihasilkan oleh sel-sel
pankreas dalam bentuk molekul tripsinogen yang tidak aktif. Tripsinogen
diaktifkan menjadi tripsin oleh enterokinase, suatu enzim yang dihasilkan dalam
usus. Pada perlakuan 1
ml putih telur yang sudah diencerkan, dipanaskan sampai mendidih dan
didinginkan, maka akan berwarna putih. Setelah 1 ml putih telur ditambah 1 ml
akuades sambil didiamkan 5-10 menit dan ditambah 1 ml NaOH serta beberapa tetes
CuSO4 sampai terjadi perubahan warna. Maka pada tetesan ke-2
berwarna ungu (++) dan ada endapan pada dasar tabung.
Sedangkan pada
perlakuan 1 ml
putih telur yang sudah diencerkan, dipanaskan sampai mendidih dan didinginkan,
maka akan berwarna putih. Setelah 1 ml putih telur ditambah 1 ml ekstrak usus
sambil didiamkan 5-10 menit dan ditambah 1 ml NaOH serta beberapa tetes CuSO4
sampai terjadi perubahan warna. Maka pada tetesan ke-2 berwarna ungu (+++) dan
ada endapan pada dasar tabung. Namun,
warna ungu pada perlakuan yang dicampur dengan ekstrak usus berwarna ungu agak pekat
(Ungu (+++)), sedangkan yang dicampur dengan akuades warna ungunya lebih muda
atau memudar (Ungu (++)). Perbedaan ini terjadi karena pada perlakuan yang
dicampur dengan akuades tidak terjadi reaksi kimia untuk mengubah larutan putih
telur yang merupakan protein menjadi asam amino sehingga perubahan warna yang
ditimbulkan adalah warna ungu memudar (++) dan dapat membuktikan bahwa dalam
larutan putih telur tersebut mengandung protein.
Pada perlakuan
yang dicampur dengan ekstrak usus perubahan warna yang terjadi menunjukkan
warna ungu pekat (ungu (+++)). Hal ini dikarenakan karena pada ekstrak usus ikan
mas terdapat enzim tripsin yang mengubah protein (putih telur) menjadi
asam-asam amino, berarti terjadi reaksi kimia sehingga akan tampak adanya
perubahan warna
Daftar
Pustaka
Agus
Rochdianto, 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper
(Cyprinus carpio
Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan
Guyton & Hall, Artur C.,M.D.
& John E.,Ph.D., 1997, Buku Ajar –
Fisiologi Kedokteran, edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran – EGC, Jakarta.
Junquiera,
L. C & J. Carneiro. 1980. Basic Histology. Lange Medical
Publication : London
Lehninger.A.L, 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta
Watson,
Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk
Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
www.
iptek.net.id/ind/warintek/budidaya-perikanan/php. Budidaya Ikan Mas. terakhir diakses 20 Mei 2008
Yatim, Wildan. 1996. Histologi. Tarsito :
Bandung
(http://Sistem pencernaan -
Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.htm)